Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau..
 (mengagumi keluarga orang lain, lalu melupakan
keluarga sendiri)
Tidak ada
keluarga yang sempurna..meskipun sekilas terlihat sempurna. Tidak ada satupun
keluarga yang terbebas dari permasalahan kehidupan.  Yaa, sering terbukti pepatah lama yang berkata:
rumput tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri.
Terkadang kita sering berkeluh kesah dengan kondisi keluarga kita yang seolah
mempunyai setumpuk masalah rumit dan terkagum-kagum dengan kondisi kelurga
orang lain. Ketika seseorang merasa “jengah” dengan keluarganya sendiri, maka
ia akan mencari “sosok keluarga lain” yang dapat menggantikan.  Bisa jadi ini adalah bentuk “kerinduan dan
harapan” bisa juga sebagai bentuk “pemberontakan” atau memang mencari
“perlindungan dan kenyamanan”. 
Memang tidak
salah bila kita merasa nyaman dengan keluarga lain yang seolah lebih menyayangi
kita sepenuh hati. Memang tidak salah bila kita lebih dekat dengan mereka yang
mau menerima kita dengan tangan terbuka. Namun tetaplah sadari bahwa se-KEREN
apapun –keluarga lain-, bhakti utama kita adalah kepada keluarga  sendiri. Apalah arti kita mampu berkorban demi
sahabat dan keluarganya, bila hubungan dengan keluarga sendiri “terpecah” dan
kurang harmonis.
Teralihnya perhatian
kita dari keluarga sendiri adalah karena kita pribadi kurang mampu mengelola
prasangka dan terlalu banyak mengajukan TUNTUTAN kepada keluarga. Padahal,
selayaknya Allah menciptakan manusia dengan segala keunikan masing-masing, maka
keluarga pun demikian. Setiap keluarga pasti mempunyai keunikan masing-masing,
termasuk perihal PERMASALAHAN hidup yang harus dihadapi. Jadi, sebetulnya
keluarga yang kita anggap “adem-ayem” pun pasti memiliki prolema hidup. Mungkin
kita bertanya: “kok mereka nampak 
terlihat akrab dan bahagia?”.. Naaah, itulah point-nya! Bahwa yang
membedakan adalah SIKAP kita dalam menerima setiap permasalahan yang
menghampiri diri dan keluarga kita. Siapa tahu, ternyata orang yang kita anggap
memiliki keluarga yang harmonis, malah menghadapi permasalahan hidup yang lebih
dahsyat daripada kita. 
Yang perlu kita
lakukan hanyalah BERSYUKUR! Bersyukur atas keluarga yang Tuhan anugerahkan
kepada kita, BAGAIMANAPUN KONDISINYA. Karena kunci dari kebahagiaan adalah rasa
syukur. Tuhan pasti menyimpan HIKMAH di balik setiap peristiwa yang menimpa
diri kita. Tuhan pasti mempunyai maksud ketika kita “dijodohkan” dengan
keluarga yang kita miliki kini. Terlalu banyak menuntut kesempurnaan dari
manusia (termasuk keluarga) adalah hal yang melelahkan dan membuahkan
kekecewaan, karena merupakan suatu hal yan mustahil. Daripada “pusing” dengan
tuntutan yang tak kunjung memberi hasil, lebih baik kita memulai PERUBAHAN dari
diri kita sendiri. Perubahan akan lebih efektif dengan KETELADANAN. 
Seburuk-buruknya
nya keluarga kita, namun itu tetap keluarga kita sendiri yang harus dimuliakan.
Pada keluargalah (sendiri) kita “pulang”. Bukan berarti  kita harus menyangsikan kebaikan dari
keluarga lain, namun utamakanlah segala sesuatu dari prioritas terdekat yakni
keluarga kita sendiri. Berbuat baik kepada orang dan keluarga lain adalah
kebaikan tersendiri yang insya Allah akan diperhitungkan. Ketika kita
senantiasa memuliakan keluarga sendiri, maka otomatis akan tercermin ketika
kita bersikap kepada keluarga lain. Namun, ketika kita berbuat (lebih) baik
kepada keluarga orang lain, belum tentu kita mau melakukan hal yang sama kepada
keluarga sendiri. Disinilah –mis- nya. 
Mari kita
berusaha untuk menjadi orang yang pandai bersyukur dalam setiap kondisi. Jangan
sampai, ketidaksyukuran kita membuahkan PENYESALAN. Semoga kita dapat menjadi
kelaurga ahli syukur.. Aamiin.

0 komentar:
Posting Komentar