Senin, 06 Januari 2014

Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau..

0

Bismillah..



Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau..
 (mengagumi keluarga orang lain, lalu melupakan keluarga sendiri)

Tidak ada keluarga yang sempurna..meskipun sekilas terlihat sempurna. Tidak ada satupun keluarga yang terbebas dari permasalahan kehidupan.  Yaa, sering terbukti pepatah lama yang berkata: rumput tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri. Terkadang kita sering berkeluh kesah dengan kondisi keluarga kita yang seolah mempunyai setumpuk masalah rumit dan terkagum-kagum dengan kondisi kelurga orang lain. Ketika seseorang merasa “jengah” dengan keluarganya sendiri, maka ia akan mencari “sosok keluarga lain” yang dapat menggantikan.  Bisa jadi ini adalah bentuk “kerinduan dan harapan” bisa juga sebagai bentuk “pemberontakan” atau memang mencari “perlindungan dan kenyamanan”. 

Memang tidak salah bila kita merasa nyaman dengan keluarga lain yang seolah lebih menyayangi kita sepenuh hati. Memang tidak salah bila kita lebih dekat dengan mereka yang mau menerima kita dengan tangan terbuka. Namun tetaplah sadari bahwa se-KEREN apapun –keluarga lain-, bhakti utama kita adalah kepada keluarga  sendiri. Apalah arti kita mampu berkorban demi sahabat dan keluarganya, bila hubungan dengan keluarga sendiri “terpecah” dan kurang harmonis.

Teralihnya perhatian kita dari keluarga sendiri adalah karena kita pribadi kurang mampu mengelola prasangka dan terlalu banyak mengajukan TUNTUTAN kepada keluarga. Padahal, selayaknya Allah menciptakan manusia dengan segala keunikan masing-masing, maka keluarga pun demikian. Setiap keluarga pasti mempunyai keunikan masing-masing, termasuk perihal PERMASALAHAN hidup yang harus dihadapi. Jadi, sebetulnya keluarga yang kita anggap “adem-ayem” pun pasti memiliki prolema hidup. Mungkin kita bertanya: “kok mereka nampak  terlihat akrab dan bahagia?”.. Naaah, itulah point-nya! Bahwa yang membedakan adalah SIKAP kita dalam menerima setiap permasalahan yang menghampiri diri dan keluarga kita. Siapa tahu, ternyata orang yang kita anggap memiliki keluarga yang harmonis, malah menghadapi permasalahan hidup yang lebih dahsyat daripada kita. 

Yang perlu kita lakukan hanyalah BERSYUKUR! Bersyukur atas keluarga yang Tuhan anugerahkan kepada kita, BAGAIMANAPUN KONDISINYA. Karena kunci dari kebahagiaan adalah rasa syukur. Tuhan pasti menyimpan HIKMAH di balik setiap peristiwa yang menimpa diri kita. Tuhan pasti mempunyai maksud ketika kita “dijodohkan” dengan keluarga yang kita miliki kini. Terlalu banyak menuntut kesempurnaan dari manusia (termasuk keluarga) adalah hal yang melelahkan dan membuahkan kekecewaan, karena merupakan suatu hal yan mustahil. Daripada “pusing” dengan tuntutan yang tak kunjung memberi hasil, lebih baik kita memulai PERUBAHAN dari diri kita sendiri. Perubahan akan lebih efektif dengan KETELADANAN. 

Seburuk-buruknya nya keluarga kita, namun itu tetap keluarga kita sendiri yang harus dimuliakan. Pada keluargalah (sendiri) kita “pulang”. Bukan berarti  kita harus menyangsikan kebaikan dari keluarga lain, namun utamakanlah segala sesuatu dari prioritas terdekat yakni keluarga kita sendiri. Berbuat baik kepada orang dan keluarga lain adalah kebaikan tersendiri yang insya Allah akan diperhitungkan. Ketika kita senantiasa memuliakan keluarga sendiri, maka otomatis akan tercermin ketika kita bersikap kepada keluarga lain. Namun, ketika kita berbuat (lebih) baik kepada keluarga orang lain, belum tentu kita mau melakukan hal yang sama kepada keluarga sendiri. Disinilah –mis- nya. 

Mari kita berusaha untuk menjadi orang yang pandai bersyukur dalam setiap kondisi. Jangan sampai, ketidaksyukuran kita membuahkan PENYESALAN. Semoga kita dapat menjadi kelaurga ahli syukur.. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com