PREMIER LESSON’s
Saya pernah
mengalami suatu fase dimana saya amat “resah” bertemu dengan hari esok. Why? Karena saya membayangkan akan
kembali bertemu dengan “sekelompok anak” yang membuat saya merasa terancam.
Hampir setiap hari dalam tahun tersebut saya dihantui rasa demikian. Paranoid
yang kadang melemahkan tujuan. Padahal, bila saya rasionalisasikan lagi..mereka
itu adalah anak-anak, hanyalah anak-anak!
Masya Allah,
saya akui merasa sangat kewalahan di tahun pertama saya mengajar. Saya belum
“lihai” untuk mengkondisikan kelas, including
penghuninya. Selalu merasa salah langkah, kadang jadi salah tingkah. Hari demi
hari berganti, waktu pun terus berlalu..lambat laun saya mulai adaptif. Saya
mulai dapat meraba situasi, memahami “does
and doesn’t” . 
Titik pencerahan
awal yang saya dapatkan adalah, mulailah sesuatu dengan “husnudzan”,
berprasangka baik. Termasuk ketika hendak memulai pekerjaan, memulai mengajar
dan mendidik anak-anak. Kurang lebih, apa yang kita pikirkan dapat memicu
“alam” untuk bereaksi serupa. Ketika saya mencoba bertemu dengan anak-anak,
saya kondisikan hati saya terlebih dulu untuk rileks dan senang. That’s quite works!
Kalaupun
ternyata reaksi anak tidak sesuai dengan yang kita harapkan, setidaknya saya
memang sudah menyiapkan hati yang senang tanpa beban, sehingga apapun yang saya
hadapi terasa lebih ringan. Energi saya tidak terbuang percuma karena
“ketakutan-ketakutan” yang belum tentu terbukti atau bahkan tidak sesuai sama
sekali. Apalagi ketika menyadari bahwa guru adalah orang dewasa yang seharusnya
memang lebih bisa memahami kondisi anak-anak didiknya. Masak iya, saya yang
harus memaksa anak untuk memahami kondisi saya..its sound funny. 
Subhanallah,
belajar pun bisa dari siapa saja tidak terkecuali anak didik kita. Natural
mereka dalam bertutur kata dan bertingkah laku, membuatku belajar banyak apa
arti ketulusan dan kejujuran. Anyway, bagaimanapun “kondisi” mereka..saya tidak
bisa mengguggat, karena inilah tugas selaku pendidik, menanamkan nilai kebaikan
kepada anak-anaknya. Meskipun, saya akui bahwa di tahun perdana saya mengajar,
porsi terbesar pembelajaran saya adalah bagaimana agar saya tetap survive dengan berbagai tantangan yang
saya hadapi dan survive dari
tantangan dengan hati yang tetap tenang. 
Perjuangan masih
terus berlanjut kawan!!! Ganbatte..
^^v

0 komentar:
Posting Komentar