Senin, 06 Januari 2014

Sayang.. (namun tak mendidik)

0

Bismillah..



Sayang.. (namun tak mendidik)

Mungkin Anda pernah mendengar cerita perihal kupu-kupu  yang cacat karena  DIBERI BANTUAN oleh manusia? Saya kembali review sekilas cerita yang cukup menarik ini.
Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang sedang memperhatikan kepompong. Kepompong ini  begitu menyita perhatian sang bocah karena disana terlihat perjuangan seekor bayi kupu-kupu yang berusaha untuk keluar dari lubang kecil cangkang kepompong tersebut. Anak lelaki ini merasa iba dengan si bayi kupu-kupu yang terlihat kepayahan untuk mencari jalan keluar dan memang memakan waktu yang cukup lama. 

Karena rasa kasihan, akhirnya sang anak memutuskan untuk membantu –membukakan jalan keluar- bagi bayi kupu-kupu tersebut. Anak laki-laki itu kemudian menggunting cangkang kepompong dengan harapan si bayi kupu-kupu bisa keluar dengan mudah tanpa harus berlelah-lelah. Ya, bayi kupu-kupu memang bisa keluar dengan memudah, namun apa yang terjadi??ternyata pertumbuhan kupu-kupu tersebut jadi kurang sempurna. Di kala kupu-kupu yang lain dapat terbang tinggi dengan sayapnya yang elok, kupu-kupu ini tidak bisa melakukannya sama sekali. Sayapnya memang ada, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Ukuran sayap yang lebih kecil inilah yang menyebabkan sang kupu-kupu sulit untuk terbang. Akhirnya mau tak mau, sang kupu-kupu malang ini harus menerima kenyataan pahit ini sepanjang hidupnya.

Bila dikaitkan dengan judul dari artikel ini, maka ada poin penting yang dapat kita ambil dari kisah diatas, yaitu bahwa tidak semua yang orang anggap baik bagi anak-anak kita, akan berdampak positif pula bagi mereka. Termasuk, sikap orang tua yang terlalu protective, memanjakan berlebihan atau bergaya diktator MESKI dengan alasan SAYANG. Sikap terlalu memanjakan, bisa membuat anak tidak mandiri. Sikap terlalu protective, dapat membentuk seseorang anak yang penakut. Sikap terlalu diktator, akan menjadikan kreativitas anak terpangkas. Dan semua ini akan MENYULITKAN kehidupan anak di masa depannya kelak (tanpa orang tua sadari). 

Memanjakan adalah memudahkan anak dengan memposisikan orang tua sebagai PELAYAN. Protective yang tak bijak sama dengan memudahkan anak dengan memposisikan orang tua sebagai PELINDUNG UTAMA. Sikap diktator adalah memudahkan anak dengan meposisikan orang tua sebagai PEMBERI KEPUTUSAN tanpa melibatkan sang anak pada proses pengambilan keputusan. Benang merah dari dampak sikap orang tua yang seperti ini adalah menjadikan anak sebagai BONEKA HIDUP. Dampak yang cukup dalam karena mematikan daya pikir-daya gerak-daya rasa. Ketika dewasa, anak akan cenderung menjadi orang yang PASIF. Hidup, namun “minim daya guna.” Dengan demikian, sama saja dengan memburamkan masa depan anak. 

Orang tua memang WAJIB menyayangi putera-puterinya, namun dengan cara yang bijaksana dan tidak berlebihan. Firman Tuhan memang benar adanya, bahwa segala yang berlebihan itu tidaklah baik, dalam hal apapun. Kita harus ingat bahwa disamping tujuan yang baik, dibutuhkan pula cara yang baik. Niat baik dengan cara yang salah, maka hasilnya akan “mis”, begitupun sebaliknya. Rasa sayang memang baik, akan tetapi bila diungkapkan dengan cara yang kurang tepat maka hasilnya seperti kisah kupu-kupu malang di atas. Konon bersadarkan fakta sains, ketika kupu-kupu kesulitan untuk keluar dari cangkang kepompong, itu adalah fase dimana terdapat cairan (seperti hormon) yang sedang mengalir untuk mengoptimalkan perkembangan tubuh (termasuk sayap) sang kupu-kupu. 

So, itulah sebabnya sang kupu-kupu menjadi cacat ketika proses perjuangannya di per-instant oleh bocah laki-laki tersebut.
Semoga Anda, saya, kita semua… dapat menjadi orang tua PENYAYANG yang BIJAKSANA… aamiin. 

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com