Senin, 06 Januari 2014

(tidak ada) ANAK NAKAL..

0

Bismillah..



(tidak ada) ANAK NAKAL..

Tidak ada anak yang nakal, tidak ada anak yang aneh, tidak ada anak yang menjengkelkan. Coba kita pikirkan kembali, bahwa dengan segala perilaku dan tutur kata mereka, anak-anak..tetaplah anak-anak. Terkadang sebagai orang tua, kita mudah untuk memvonis seorang anak “nakal”..”usil”..”jahil”..”bebal”..dsb. Nakal, karena sulit diatur, selalu membangkang, tidak mau mendengarkan dan seabreg alasan lainnya. Mari kita renungkan kembali, sebagai orang dewasa..memang seharusnya kitalah yang lebih mengerti dan memahami mereka. Mengapa sebagai orang tua malah selalu menuntut anak-anak agar memahami kondisi orang tuanya. Dengan kata lain, anak diminta untuk –lebih shabar dan berkorban- untuk orang tuanya, isn’it?. 

Anak-anak adalah “kertas putih” yang bisa berwarna-warni karena lingkungan di sekitarnya. Anda selaku orang tua mempunyai andil terbesar dalam menentukan warna hidup mereka. Bila diibaratkan “rasa”, maka anak itu –plain-..masih hambar. Oleh karenanya, anak-anak cenderung jujur dan apa adanya. Kalaupun ada anak yang sudah pandai “memanipulasi” dan “stratejik”..maka itu adalah –hasil pembelajaran- anak terhadap orang-orang di dekatnya. Anak lebih mudah meniru apa yang orang tuanya lakukan daripada apa yang orang tuanya katakan. So, bila anak melakukan sesuatu yang menurut kita “nakal”, maka koreksilah diri sendiri terlebih dahulu. Apa mungkin kenakalan yang kita maksud ternyata benihnya ditanam oleh Anda sendiri sebagai orang tuanya.

 Pikiran dan logika anak-anak, tentu berbeda dengan logika orang dewasa. Bila sudah paham demikian, mengapa kita sering tak bisa mengontrol emosi?. Bila emosi kita sudah “terkendalikan” oleh anak-anak, maka tandanya harus ada yang dibenahi! Orang dewasa, TAKLUK pada “permainan anak-anak.” Ketika Anda sudah terpancing emosi sehingga lose control, maka sama dengan kita sedang memaksakan LOGIKA DEWASA (yang sudah ngejlimet) terhadap anak kita. Bisa jadi, saat anak tidak mau mentaati perintah Anda, itu adalah “bentuk reaksi” ketidakpahamannya akan alasan dibalik perintah yang Anda berikan. Ketika anak sulit diajak untuk belajar, bisa saja karena metode pengajaran yang Anda lakukan tidak sesuai dengan “cara belajar” anak, sehingga tidak menarik dan tidak efektif dampaknya. Ketika anak malas-malasan untuk hadir les matematika, bisa jadi karena memang sang anak memiliki potensi yang lebih besar di bidang lain yang non-matematika. Keterbatasan kemampuan anak dalam memahami cara berkomunikasi (yang baik) membuat mereka akan bereaksi “khas” anak-anak, yakni: menangis, marah/ trantrum, kabur, bersembunyi, melakukan “kontak fisik”, dsb. 

Berarti “kegaduhan” yang sering timbul antara anak-orang tua seringkali disebabkan oleh mis-komunikasi (salah paham, salah mengerti). Maklum, range usia saja sudah amat jauh. Maka, memang dibutuhkan ilmu yang mumpuni bagi kita selaku orang tua (orang dewasa) untuk memahami anak-anak kita lebih dalam. Dengan lebih mengenali dan memahami dunia anak, Insya Allah “mengarungi hidup” bersama mereka akan selalu dirasakan sebagai saat-saat yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu, tidak akan ada lagi orang tua yang memberikan label negatif kepada anak-anaknya, karena sejatinya  orang tua lah yang harus melakukan effort  besar dalam memahami anak-anaknya. Tidak ada anak yang nakal, tidak ada anak yang aneh, tidak ada anak yang menjengkelkan…karena semua anak adalah HEBAT..semua anak adalah UNIK! Insya Allah, DIA akan memberikan kemuliaan pada orang tua yang dapat SEPENUH HATI dalam mendidik putera-puterinya..  Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com