"Parenting? Penting! "
 
  
 Ada peristiwa-peristiwa MENARIK, yang kadang membuat nalar kita 
terstimulus utk brpikir.. Hati kita tergugah utk bisa 'sedikit' peduli..
 Berputar-putar dgn sederet pertanyaan. Mencoba mncari jawaban.. 
Kemudian menata jawaban itu mnjadi sebuah kesimpulan. Kesimpulan smntara
 yg mgkn blm tntu mjadi kebenaran.. Namun, bsa pula mnjadi setitik 
pencerahan.
 
 Saya baru 
teringatkan kembali, oleh kalimat "Jangan merasa cukup hanya menjadi 
orang BAIK, tapi juga harus menjadi orang yang ber-ILMU.." (dan tentu 
saja beriman..). Kalimat ini bisa saya sambungkan dgn suatu peristiwa yg
 menurut saya "menarik" tadi. Yup, saya sudah "bertemu" dgn peristiwa 
menarik terkait parenting.
 
 Kita semua, pasti tidak akan 
menyangkal bahwa teladan adalah bahasa yang paling efektif. Namun, perlu
 kita ingat juga..bahwa keteladanan pun butuh penjelasan, butuh arahan, 
butuh pemahaman. Apalagi terhadap anak kecil, amat penting bagi orang 
tua untuk menjelaskan alasan dari setiap tindakan.
 
 Beberapa 
kali saya menemukan kasus serupa. Keteladanan tnpa dipahamkan. Atau, 
semacam kebaikan yang tidak "diwariskan". Suatu perbuatan baik, yang 
sudah dilakukan oleh orang tua..namun tidak ditransformasikan kepada 
anak-anaknya. Walhasil, keluarga seperti ini cenderung akan seragam 
kondisinya. Pihak orang tua akan lebih sering menjadi "pemeran utama". 
Sedangkan anak-anak, hnya figuran yg tersisihkan.
 
 Bisa jadi 
atas dasar sayang, bisa jadi atas dasar tidak tega, bisa saja karena 
orang tua merasa "masih kuat dan masih bisa", dsb. Misalnya: orang tua 
rajin shalat, tapi anaknya tak dibangunkn shalat shubuh, karena khawatir
 istrhat sang anak trganggu. Atau, sang ortu amat exist, bnyak peran dan
 kntribusinya. Tapi di sisi lain, lupa utk mengajarkan anaknya percaya 
diri..bahkan sekedar menyambut tamu yang datang ke rumah. Seorang ibu yg
 jago masak dan menata rumah, namun tdak mberikan ksmpatan bgi anaknya 
utk memiliki ktrampilan yg sama. Yang ada, sang ibu lbh memlih sibuk 
sndiri dripda dibantu, karena khawatir hasilnya tak sesuai harapan. 
(sebab, ortu kadang menuntut kesempurnaan dari anaknya..)
 
 
Contoh di atas, hnya secuil dari kenyataan di lapangan. Hal-hal seperti 
inilah yang dinamakan "kebaikan yang menjerumuskan." Orang tua sibuk 
berbuat kebaikan, namun lupa memberikan anak-anaknya sebuah pendidikan. 
Jadi, yg ingin saya tekankan disini adalah: "saat orang tua baik, 
anaknya belum tentu baik juga." Ortu2 tsb memang baik, namun bisa jadi 
blum cukup ilmu. Yup, bisa saja orang tua berpendidikan tinggi, 
berpengetahuan agama banyak..namun tnyata belum pnya ckup ilmu perihal 
mendidik anak-anak mereka. Istilah kerennya, ilmu parenting.
 
 
Bagi saya sbgai umat Islam, akan cnderung memilih islamic parenting. 
Artinya, keilmuan parenting umum n kontemporer yang menjadi padu dgn 
ilmu keislaman. Sebab, syariat Islam itu justru sbgai "induk" dari 
setiap ilmu. Ilmu masa kini hnyalah hsil pengembangan. Inti dan awal 
dari islamic parenting sndiri adalah menanamkan AQIDAH kepada anak-anak 
kita. Buatlah anak-anak paham bahwa Allah segalanya. Bahkan cinta Allah 
itu lebih besar daripda cinta orang tua kepada anaknya. Tanamkan rasa 
cinta n rasa takut yang karenaNya..
 
 Anak-anak itu butuh 
dididik, dipahamkan. Iman saja tidak bisa "sekonyong-konyong" 
diwariskan..begitupun dengan kebaikan. Sebab, ada suatu proses 
didalamnya. Anak nabi Nuh, anak nabi Luth..apakah merka otomatis 
mewarisi keimanan ayahnya? No! Namun, utk kasus ini..para nabi trsbut 
bkan tdk bisa mendidik anak..sebab upaya maksimal pun telah mreka 
lakukan. Krna anak para nabi tersebut telah dewasa, maka kasus ini masuk
 pada ranah "pilihan hidup".
 
 So, ternyata menjadi orang tua 
yang baik (untuk diri sendiri) saja tidak cukup.. Jadilah orang tua yang
 mampu mentransfer kebaikan itu kepada anak-anak kita, dengan mendidik 
mereka juga. Bila kebingungan bagaimana caranya, tandanya ilmu kita yang
 memang masih harus di up-grade.. Gali dan pelajari kembali ilmu tentang
 pengasuhan anak, PARENTING..agar keteladan kita tak tersia dan 
menghasilkan jejak nyata.
 
  "Janganlah engkau meninggalkan GENERASI yang LEMAH di belakangmu."
 
 *semoga bermanfaat

0 komentar:
Posting Komentar