Minggu, 19 Oktober 2014

PELANGI...

0

PELANGI...


Perbedaan adalah anugerah. Awalnya mungkin kita kerap merasa tidak nyaman dan terancam bila sedang dihadapkan dengan perbedaan. Ego kadang menguasai diri. Selalu merasa benar, tak pernah mau kalah. Namun, bukankah dengan adanya perbedaan kita bisa saling melengkapi? Selain itu, selalu ada kisah indah yang menyertai proses belajar kita dalam menerima perbedaan. Oleh karenanya, saya senang sekali menganalogikan perbedaan dengan fenomena ‘pelangi.’ Pelangi? Ya. Sebab dari gradasi warna pelangi lah kita bisa membuktikan bahwa perbedaan itu memesona... Perbedaan warna pelangi, berdampingan dan membaur bersama...

Namun, ternyata ada pelangi yang TIDAK indah sama sekali. Pelangi yang mana? Yang digunakan sebagai lambang legalisasi penyimpangan orientasi seksual. Belakangan, kita sering menyebutnya dengan istilah LGBT (lesbi-gay-biseksual-transgender). Kenyataan ini begitu menghantam nurani... Mengapa pelangi yang kukagumi, menjadi perlambang global yang menaungi para insan ‘kebingungan’ tadi?

Sudah banyak upaya legalisasi LGBT yang dilakukan secara smooth, tanpa kita sadari. Paham para penggiat LGBT, ceritanya memang mencoba 'mengedukasi' masyarakat untuk bisa saling menghormati sesama manusia, termasuk orientasi seks yang menyimpang sekalipun. Anggapan ini, seolah penghormatan terhadap HAM.. bersikap toleran dan 'menanggung bersama' (bersimpati, berempati).

Sebaliknya, bagi para aktivis LGBT ini, justru malah mengatakan masyarakat umum (normal) sedang diserang 'HOMOPHOBIA' dan bagi mereka ini termasuk 'social diseases'. Astagfirullah, sudah kebalik-balik ya! Kaum LGBT ini akan menganggap dunia amat sangat kejam pada mereka...selama masyarakat tidak menerima paham mereka.

Did u know? They said: my body is my choice....

Masya Allah, ini adalah salah satu tantangan berat yang akan dihadapi oleh generasi anak-cucu kita nanti. Apa saja yang sudah kita siapkan untuk menghalau, melawan arus negatif yang berseliweran silih berganti ini? Mulai sekarang, kita harus bisa berpikir dengan dua kondisi. Dalam arti, jangan hanya merasa aman karena anak atau kerabat kita bukan pelaku, tapi waspadailah ... jangan sampai anak atau kerabat kita menjadi korban si pelaku! Kuatkan anak-anak kita dengan aqidah islamiah...sedari dini. Peran ORANG TUA amat penting disini...

Akan tetapi, sebelum menguatkan sang anak, kita harus ingat dahulu 1 hal: bahwa salah satu hak anak adalah untuk memiliki orang tua yang tangguh dan hebat.
Jadi, mari terus-menerus memperbaiki diri seraya menguatkan keluarga kita dari berbagai ancaman dahsyat seperti ini... dan masih banyak lagi.


**Kendati, eksistensi mereka memang nyata adanya...maka, kita hargai mereka sebagai manusia seutuhnya. Namun, secara tegas TIDAK menerima paham yang mereka bawa. Tahu kah... Mereka pun sebetulnya tak ingin dikucilkan, ingin dirangkul, butuh dibantu.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com